Kajian Seni Rupa Desain Review Jurnal semiotika

JURNAL 1

Judul                : ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM LASKAR PELANGI

Objek               : Film Laskar Pelangi

Metode            : Metode kualitatif dan pendekatan semiotik

 

Analisis             

menganalisis tentang masalah pesan edukatif melalui adegan. Metode kualitatif dan pendekatan semiotik digunakan untuk mengungkapkan makna simbol yang ditemukan dalam film yang terlihat dan juga tersembunyi. Hasil dari penelitian ini: adegan-adegan  Laskar Pelangi menyampaikan pesan-pesan edukatif seperti pesan moral,kepemimpinan dan juga pesan-pesan keagamaan. Yang lebih penting adalah pesan-pesan yang diharapkan dapat membimbing manusia dalam memiliki moral yang baik dan sopan santun. Jadi mereka dewasa dan mulia. Rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita film merupakan stimulan saja, hal yang terpenting adalah pesan-pesan pendidikan berguna untuk membimbing manusia sebagai makhluk tuhan untuk mencapai kesempurnaan batin yang berupa pikiran dan budi pekerti yang baik, selanjutnya menjadi prinsip yang mendasari kehidupan manusia, sehingga menjadikan manusia yang bersikap dewasa dan berbudi pekerti yang luhur.

 

Kesimpulan       :

pesan film Laskar Pelangi melalui ikon – ikon yang ditemukan dapat disimpulkan : 

1.     Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Laskar Pelangi menceritakan bahwa pendidikan tidak memandang materi. Anak-anak kurang mampu berhak mendapatan pendidikan tanpa alasan. Tanda tersebut tampak saat kepala sekolah SD Muhammadiyah tetap dengan gigih mempertahankan SD Islam pertama di tanah Bangka Belitung tersebut. Bahkan seorang yang memiliki keterbelakangan mental diterima di SD tersebut. 

2.     Kurangnya perhatian pemerintah saat itu terhadap sekolah-sekolah yang berada dipinggiran. Terlihat jelas dinding bangunan SD Muhammadiyah miring dan kepala sekolah beserta guru-guru tidak bisa melakukan hal banyak untuk mempertahankan bangunan tua SD tersebut. 

3.     Penekanan pendidikan akidah lebih diutamakan. Kepala sekolah SD Muhammadiyah mengatakan bahwa pendidikan aqidah merupakan pembentuk karakter diri yang baik agar tidak lupa siapa diri ini sebenarnya demi menjaga godaan yang ditawarkan oleh kemewahan dunia. 

4.     Nasib guru yang tidak mendapat perhatian pemerintah. Seorang guru SD Muhammadiyah yang tidak mendapatkan honor selama 3 bulan, terpaksa pindah ke SD PN timah. 

5.     Jangan memandang rendah pendidikan dari mana asalnya. Pendidikan dating darimana saja, dari sekolah dan pengalaman hidup, dari sekolah mewah, maupun sekolah sederhana. Pada film Laskar Pelangi, SD Muhammadiyah berhasil mengungguli SD PN Timah dalam perlombaan cerdas tangkas

 

http://e-journal.potensi-utama.ac.id/ojs/index.php/PROPORSI/article/view/497

 

 

JURNAL 2

Judul                : TELAAH PESAN DAKWAH DALAM FILM TILIK (STUDI ANALISIS SEMIOTIKA)

Objek               : Film Tilik

Metode            : Metode penelitian jenis pendekatan kualitatif 

Analisis             : analisis semitotik yang dikembangkan oleh Roland Barthes yaitu dengan sistem 

  denotasi dan konotasi.

Kesimpulan       :

beberapa pesan dakwah diantaranya yang diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu ibadah, aqidah, dan akhlak yang bermanfaat bagi masyarakat dengan meneledani pesan dari film tersebut. Dalam aspek akidah mengenai larangan untuk melakukan perbuatan syirik. Dalam aspek syariah (ibadah) terdapat dalam 2 scene. Pertama, mengenai anjuran shalat tepat pada waktunya. Kedua, mengenai larangan suap-menyuap. Dalam aspek akhlak terdapat, mengenai anjuran untuk menjenguk orang sakit, mengenai larangan ghibah, mengenai anjuran untuk memeriksa kebenaran suatu informasi (tabayyun), mengenai larangan berprasangka buruk (su’udzon), mengenai anjuran untuk bersabar, mengenai larangan melakukan fitnah, mengenai anjuran untuk saling tolongmenolong, mengenai anjuran untuk menjaga kerukunan atau tidak bertengkar. Setelah melakukan penelitian dan menganalisis pesan dakwah pada film, maka peneliti memiliki rekomendasi bagi pembuat film Indonesia, agar terus berupaya meningkatkan kreativitas sehingga menghasilkan film-film yang berkualitas, mengandung pesan-pesan yang mendidik dan memberikan nilai positif bagi masyarakat Indonesia. Dan mampu memahami pesan-pesan yang terdapat dalam film dan selektif memilih film yang akan di tonton. Peneliti juga mengharapkan selanjutnya ada penelitian tentang masalah yang serupa sebagai pembanding agar objektivitas karya ini dapat dipertanggung jawabkan. Kedepan akademisi yang memiliki kerangka berpikir kritis dan wawasan yang luas diharapkan dapat memberikan kerangka analisis yang baru dalam hal memahami makna dari pesan media massa terkhusus film.

 

https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunike/article/view/4561

 

JURNAL 3

Judul                : Representasi Sosial dalam Film “Surat Kecil Untuk Tuhan” (Kajian Semiotika dan 

  Sosiologi Sastra)

Objek               : Film Surat Kecil Untuk Tuhan

Metode            : Metode penelitian pendekatan kualitatif deskriptif

Analisis             : analisis semiotika sebagai upaya untuk mengembangkan pemahaman atas objek yang 

  Diteliti Metode penelitian yang digunakan dalam analisis semiotik adalah interpretatif.

Kesimpulan       :

Representasi sosial yang terdapat dalam film “Surat Kecil Untuk Tuhan” adalah: Makna relasi sosial mewujud dalam berbagai dimensi hubungan. Pertama, dimensi hubungan di kalangan remaja dalam bentuk jalinan persahabatan dan pergaulan. Kedua, relasi sosial kekeluargaan, yakni hubungan antara anak dengan orang tua. Ketiga, interaksi antar-individu yang terwujud melalui sikap empati sosial para tokoh dalam perannya. Keempat, kisah roman dari tokoh utama dalam film ini. Empat makna relasi sosial tersebut merupakan fragmen-fragmen dari dinamika kehidupan manusia atau secara tidak langsung merefleksikan realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat.

 

https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/diskursus/article/view/6668

 

JURNAL 4

Judul                : ANALISIS SEMIOTIKA DAN PESAN MORAL PADA FILM IMPERFECT 2019 KARYA ERNEST 

                          PRAKASA

Objek               : Film Imperfect 

Metode            : Metode penelitian pendekatan kualitatif

Analisis             : Dianilis dengan teori dan telah dikaitkan jawaban dari para informan, rangkuman pembahasan berisi tentang pembahasan secara garis besar dengan kesimpulan pendapat informan secara umum.

Kesimpulan :

Tanda tanda yang terdapat dalam film dikaji melalui klasifikasi objek dari semiotika Charles Sanders Pierece yang terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu : Dimensi Ikon, yaitu sebuah gambaran karakter yang menyerupai sifat seorang manusia pada umumnya yang diwakili oleh tokoh dalam film. Dimensi indeks merpresentasikan makna yang terjadi dalam adegan tertentu yang terdapat dalam film, bahwa adegan memiliki maksud yang ingin disampaikan atau merpresentasikan kehidupan masyarakat saat ini.

 

 http://ejurnal.universitaskarimun.ac.id/index.php/ILKOM/article/view/199

 

JURNAL 5

Judul                : TOXIC MASCULINITY DALAM SISTEM PATRIARKI (Analisis Wacana Kritis Van Dijk Dalam 

  Film “Posesif”)

Objek               : Film Posesif

Metode            : Metode penelitian kualitatif & deskriptif

Analisis             : teknik analisis yang digunakan oleh peneliti adalah analisis Wacana Kritis “Teun A. Van 

  Dijk” untuk mengungkap wacana yang terdapat di beberapa scene yang menjadi objek 

  penelitian dalam film “Posesif”.

Kesimpulan       :

·       Kekerasan terhadap perempuan merupakan hasil dari maskulinitas yang beracun (toxic masculinity). Dalam hal ini maskulinitas beracun adalah pandangan yang keliru mengenai konsep maskulinitas.

·       Dalam mengekspresikan emosi, sebagian laki-laki memilih untuk mengeskpresikan dalam bentuk kekerasan, sedangkan perempuan lebih ekspresif. Meskipun demikian, laki-laki dapat menjadi agen pemutus rantai kekerasan. Namun tidak sepenuhnya hal tersebut adalah tanggung jawab dari laki-laki. Melainkan, semua orang juga memiliki tanggung jawab untuk memutus rantai kekerasan yang berada dalam hubungan

·       Proses produksi teks tidak pernah terlepas dari ideologi yang dibawa oleh produsen teks. Umumnya, mereka telah memiliki pengalaman ataupun pengetahuan yang mereka miliki mengenai masalah yang ingin diangkat. Selain ideologi, aspek dalam situasi yang berkembang di masyarakat juga berpengaruh terhadap kehadiran film ini. Sehingga, sudah seharusnya semua orang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang khusus dan utuh mengenai maskulinitas agar tidak terjebak dalam maskulinitas yang beracun.

 

https://journal.ubm.ac.id/index.php/semiotika/article/view/2194

 

 

JURNAL 6

Judul                : ANALISIS SEMIOTIK NILAI-NILAI FEMINISME DALAM FILM MULAN 2020

Objek               : Film Mulan

Metode            : Metode penelitian kualitatif deskriptif

Analisis             : metode analisis semiotika menggunakan teori komunikasi semiotika menurut Charles 

  Sanders Pierce.

Kesimpulan       :

bahwa Film Mulan 2020 cukup banyak menyinggung mengenai nilai-nilai feminisme. Seperti mengenai stigma mengenai kodrat wanita yang seharusnya hanya mengurus hal-hal domestik saja, wanita yang tujuan hidupnya hanya utuk menikah dan mempunyai anak, serta kesetaraan antar gender wanita dan pria, dimana pria dipandang memiliki posisi yang lebih tinggi dibanding wanita dalam segala bidang, sehingga wanita harus selalu tunduk kepada apapun itu keputusan pria.

https://journal.ubm.ac.id/index.php/semiotika/article/view/3175/2307

 

JURNAL 7

Judul                : ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE MENGENAI REPRESENTASI PELECEHAN SEKSUAL 

  PADA FILM PENYALIN CAHAYA

Objek               : Film Penyalin Cahaya

Metode            : Metode penelitian deskriptif kualitatif

Analisis             : Analisi penyelidikan semiotika John Fiske.

Kesimpulan       :

Pelecehan seksual yang digambarkan pada film Penyalin Cahaya (Photocopier) pada karakter Suryani yang berjuang dalam membuktikan bahwa salah satu anggota teater Mata Hari terlibat dalam kasus pelecehan seksual yang membuatnya tak sadarkan diri dan menyebabkan beasiswanya hilang karna swafoto yang terupload di social medianya. Pada film ini Suryani seolah tidak dapat dipercaya oleh orang sekitarnya, hal ini dikarenakan Rama yang merupakan pelaku dikenal merupakan laki-laki yang baik dan terpandang di kampusnya. Berdasarkan Karena eksplorasi dan percakapan penggambaran pelecehan seksual dalam film Penyalin Cahaya (Photocopier), penelitian ini memanfaatkan penyelidikan semiotika John Fiske dengan menyimpulkan bahwa representasi kekerasan seksual pada film ini didapat melalui tiga level sebagaimana yang dikatakan oleh John Fiske yaitu level realitas kekerasan seksual dipengaruhi adanya aspek penampilan, cara berbicara, perilaku, gerak tubuh, ekspresi, dan lingkungan pada baik dari sudut padang korban pelecahan maupun pelaku di film Penyalin Cahaya (Photocopier). Kemudian pada level representasi yang memberikan penilaian pada aspek kamera, pencahayaan, hingga suara dan music sesuai denga napa yang berusaha disampaikan film ini pada audiensnya, serta mendukung jalan cerita, peran dan set keseluruhan film. Sedangkan untuk level ideologi disimpulkan dari penggambaran kekerasan seksual yang dilakukan oleh seorang lelaki yang kaya, yang dikenal dengan perilaku dan tutur kata baik. Maka dari keseluruhan cerita disimpulkan bahwa pada film ini menggunakan ideologi patriarki yang menempatkan laki-laki dalam posisi yang tinggi dan kuat dan lebih berkuasa, terlebih terdapat perbedaan pelaku dan korban dari sisi kelas sosial, yang menundukan posisi perempuan sebagai individu yang kurang berdaya walaupun sudah berusaha menunjukkan bukti-bukti yang akurat.

 

https://www.journal.moestopo.ac.id/index.php/pustakom/article/view/1963

 

JURNAL 8

Judul                : REPRESENTASI NASIONALISME DALAM FILM HABIBIE DAN AINUN (Analisis Semiotika  

                          John Fiske dalam film Habibie dan Ainun

Objek               : Film Habibie dan Ainun 

Metode            : Metode penelitian deskriptif kualitatif

Analisis             : Analisi Semiotika John Fiske 

Kesimpulan       :

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

·       (1) Level realitas,

·       (2) Level representasi,

·       (3) Level ideology,

menarik simpulan bahwa dalam film Habibie & Ainun terdapat ideologi nasionalisme dari sosok Habibie. Meskipun film Habibie dan Ainun dibungkus dengan drama percintaan Habibie dan Ainun.

 

https://publikasi.mercubuana.ac.id/files/journals/16/articles/342/submission/copyedit/342-928-1-CE.pdf

 

 

JURNAL 9

Judul                : ANALISIS SEMIOTIKA KEKERASAN DALAM FILM DILAN 1990

Objek               : Film Dilan 1990

Metode            : Metode analisis kualitatif deskriptif.

Analisis             : Analisi Semiotika John Fiske 

Kesimpulan       : ditarik kesimpulan bahwa film Dilan 1990 memiliki unsur kekerasan verbal dan non 

  Verbal

http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/jrmdk/article/view/9596

 

JURNAL 10

Judul                : MAKNA SOLIDARITAS DALAM FILM IT CHAPTER TWO

Objek               : Film IT Chapter 2

Metode            : Metode analisis kualitatif

Analisis             : analisis semiotika Roland Barthes

Kesimpulan       

·       Makna denotasi yang hadir dala film IT Chapter Two adalah bahwa rasa solidaritas terhadap satu sama lain sangatlah penting. Kita sebagai mahluk sosial pastinya butuh satu sama lain walau sekcil apapun, maka dari itu rasa membutuhkan tidak bisa disembunyikan dan tidak bisa pula membohongi perasaan membutuhkan tersebut. Solidaritas, adalah tingkat membutuhkan dan memiliki yang sudah lebih tinggi dari biasanya. Rasa solidaritas hadir dengan sendirinya ketika satu sama lain sudah mengerti dan saling menerima. Dengan membentuknya sebuah sifat solidaritas, mempermudah hidup bersosial dalam lingkungan dalam aspek apapun.

·       Banyak sekali makna tersembunyi yang muncul dalam film IT Chapter Two ini, banyak macam dan bentuknya pun diperlihatkan di dalam film ini. Solidaritas yang tampil dalam film ini dipresentasikan dalam berbagai cara yang ada. Naik turunnya kepercayaan memang sering kerap kali terjadi dala mkehidupan. Tapi percayalah bahwa orang – orang yang sudah percaya atau kami percayai, tidak akan membuat kita terjebak dalam keadaan yang buruk, mereka akan membantu dengan asas peduli tanpa perlu diberi notifikasi bahwa kita membutuhkan bantuan. Ini juga menjadi sinyal bagi semua orang bahwa perduli terhadap orang lain tidak aka nada salahnya, terlepas feedback yang kita dapat baik atau buruk, memberikan kebaikan kepada orang lain merupakan hal yang luar biasa.

·       Setelah dianalisis menggunakan denotasi dan konotasi, maka terbentuklah beberapa mitos yang didapat dalam film IT Chapter Two. 

https://journal.ubm.ac.id/index.php/semiotika/article/view/2881

 

JURNAL 11

Judul                : Analisis Semiotika Roland Barthes pada Film “Nanti Kita Cerita Hari Ini” (NKCTHI) Karya 

  Angga Dwimas Sasongko

Objek               : Film Nanti Kita Cerita Hari Ini

Metode            : Metode penelitian kualitatif

Analisis             : Semiotika Roland Barthes

Kesimpulan       

menyimpulkan bahwa biasanya penonton hanya mengetahui makna dari film secara menyeluruh, tetapi ketika film tersebut dianalisis, banyak sekali makna denotasi, konotasi, dan mitos. Misalnya dari kelima scane yang dijadikan bahan penelitian terdapat makna denotasi yang merupakan makna langsung dari setiap scane , kemudian terdapat pula makna konotasi yang merupakan makna tidak langsung dari masing-masing scane dan yang terakhir terdapat mitos dari kelima scane yang dijadikan sampel penelitian.

 

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjNnYbz28f-AhWD4DgGHfrFC_gQFnoECB0QAQ&url=https%3A%2F%2Fejournal.upi.edu%2Findex.php%2FCinematology%2Farticle%2Fdownload%2F40622%2F17340&usg=AOvVaw1hs1U7WLExjHcj1bCN268T

 

 

JURNAL 12

Judul                : REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM SURAU DAN SILEK

  (ANALISIS SEMIOTIK FERDINAND DE SAUSSURE) 

Objek               : Film Surau dan Silek

Metode            : Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif 

Analisis             : Berdasarkan hasil analsisis semiotika Ferdinad de Saussure 

Kesimpulan       :

Film surau dan silek memeiliki tujuan wujud dakwah Islam Konservatif dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas dan budaya Minangkabau dengan media massa melalui tanda-tanda yang ditampilkan oleh sutradara dalam serial film. Film surau dan silek dirasa menjawab tantangan alaf baru, yang dewasa ini dengan ditandai oleh (a). Mobilitas serba cepat dan modern, (b). Persaingan keras dan kompetitif, (c) komunikasi serba efektif. Adanya Film ini sebagaiF bagian dari dakwah yang mampu memanfaatkan teknologi media menjadi sarana menyampaikan pesan dan pendidikan pada generasi muda. 

 

https://journal.iain-manado.ac.id/index.php/jiep/article/view/1284

 

JURNAL 13

Judul                : Makna Musik Instrumental Dalam Film Horor Danur: I can see ghost Dalam Kajian 

  Semiotika (Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure Dan Charles Sanders 

  Peirce)Faktor- Faktor Pembentuk Iklim 

Objek               : Film Horor Danur

Metode             : Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif 

 Analisis            : Hasil dari analisis Peirce dan Saussure 

Kesimpulan       

Dapat dijelaskan bahwa musik instrumental dalam adegan film horor Danur: I Can See Ghost memiliki peran sebagai pencipta suasana tegang, kengerian dan menakutkan yang dapat dirasakan oleh penonton peran musik instrumental tersebut mempunyai tanda atau simbol-simbol yang membuat penonton film Danur: I Can See Ghost bahwa musik instrumental yang mengiringi dengan tempo lambat memiliki arti pencipta suasana dan akan merujuk pada suatu adegan yang lainnya yaitu adegan mengejutkan dan menakutkan yang diiringi musik instrumental dengan tempo cepat atau tinggi, peran tersebut mengkomunikasikan atau menyampaikan makna kepada penonton. Simbol-simbol yang dimakanai sebagai hal yang menakutkana adalah ketika musik instrumental piano dimainkan dengan tempo yang lambat yang memberikan makna bahwa ketika terdapat suatu adegan yang diiring oleh tempo lambat akan membuat suasana menjadi menakutkan. 

 

http://www.ojs.stisipolp12.ac.id/index.php/jik/article/view/80

 

JURNAL 14

Judul                : REPRESENTASI PERAN AYAH DALAM FILM SEARCHING (ANALISIS SEMIOTIKA 

  FERDINAND DE SAUSSURE) 

Objek               :  representasi peran ayah yang terdapat dalam film Searching 

Metode            : Metode penelitian kualitatif 

Analisis             : Analisis Semiotika Ferdinand de Saussure

Kesimpulan       

bahwa film dengan genre drama ini berhasil menggambarkan peran ayah terhadap anaknya. Didukung dengan plot cerita yang mengusung kisah penculikan dan kekerasan, peran seorang ayah sangat terlihat dengan jelas melalui film ini. Terlihat usaha yang sangat ekstra yang dilakukan seorang ayah untuk anaknya.  Potongan dari scene-scene yang peneliti pilih untuk dianalisis dari film ini memperlihatkan 6 kriteria peran ayah yang diperankan oleh David Kim dalam keseluruhan film. Diantaranya yaitu sebagai economic provider (pemberi nafkah), caregiver (pemberi perhatian), friend and playmate (teman bermain), teacher and role model (pendidik dan teladan), protector (pelindung) dan juga problem solver (pembimbing). Masing-masing dari indikator tersebut diperlihatkan oleh Aneesh Chaganty sebagai sutradara agar setiap orang khusunya laki-laki yang berperan sebagai ayah, baik untuk istri maupun anak-anaknya, agar dapat memberikan segala sesuatu yang terbaik yang bisa diberikan. Karena seorang ayah dalam keluarga adalah tulang yang menjadi penopang untuk keutuhan keluarganya sendiri. Pesan-pesan yang seperti inilah yang ingin disampaikan oleh Aneesh Chaganty sebagai sutradara film ini. 

 

http://repository.uir.ac.id/id/eprint/14187

 

JURNAL 15

Judul                : Representasi Kekerasan Non-Fisik Pada Film Joker (Analisis Semiotika Ferdinand De 

  Saussure) 

Objek               : representasi kekerasan non fisik di dalam film dan mengambil beberapa visual gambar 

 dan teks dialog. 

Metode            : Metode penelitian kualitatif 

Analisis             : analisis semiotika Ferdinand De Saussure 

Kesimpulan       

1) Kekerasan non-fisik di tengah masyarakat. 

Film ini mengkomunikasikan representasi kekerasan non-fisik yang ditunjukkan melalui beberapa unsur kekerasan non fisik yang ditujukan langsung kepada pemeran utama Joker, yaitu dengan menampilkan penanda dan petanda yang berkaitan dengan kekerasan non fisik di tengah masyarakat, antara lain adalah: (1) Perkataan yang tidak menghargai orang lain; (2) Kata-kata yang merendahkan orang lain; (3) Perlakuan yang tidak adil terhadap orang yang dianggap berbeda dari masyarakat biasanya; (4) Mempermalukan orang lain dengan menunjukkan kekurangan dari orang tersebut; (5) Tidak memberikan kepercayaan kepada seseorang untuk menunjukkan sesuatu. 

2) Realita sosial masa kini

Walaupun sebetulnya di dunia yang semakin maju ini pendidikan moral dan 

karakter sudah banyak diterapkan di banyak sekolah, tetapi tetap saja masih banyak kasus perundungan dan perilaku menyakiti perasaan orang lain lewat kekerasan non- fisik yang terjadi di sekolah atau bahkan masyarakat umum.

3) Pengaruh terhadap perilaku anak muda 

Analisis semiotika mengenai kekerasan non-fisik ini ditujukan untuk mempersuasif mahasiswa agar dapat ikut serta dalam mencegah terjadinya isu kekerasan non fisik yang terjadi seperti di film Joker ini. 

 

https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/view/10195

 

JURNAL 16

Judul                : ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE PADA INSERT BUDAYA “TANAMPO” DI 

  SRIWIJAYA RADIO FERDINAND DE SAUSSURE SEMIOTICS ANALYSIS ON THE INSERT OF 

 “TANAMPO” CULTURE AT SRIWIJAYA RADIO 

Objek               :  suara rakyat radio prosalina fm jember yang menjadikan program suara rakyat

Metode            : Metode penelitian deskriptif kualitatif 

Analisis             : Berdasarkan hasil penelitian analisis semiotika Ferdinand de Saussure 

Kesimpulan       

yang diperoleh yaitu komunikator menggunakan beberapa gaya bahasa dan program yang diberikan bersifat factual dan aktual. Persamaan pada penellitian ini adalah sama-sama membahas tentang analisis semiotika dan menggunakan radio sebagai media massanya. Sedangkan perbedaannya terdapat teori yang digunakan yaitu teori milik Roland Barthes dan Gorys Keraf. 

 

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/jsikom/article/view/14135

 

JURNAL 17

Judul                : Konsep Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Film Upin dan Ipin 

Objek               : objek yang bergerak kemudian menghasilkan serial peristiwa, berfungsi sebagai media 

  komunikasi, hiburan, serta pendidikan yang didukung dengan unsur musik dan warna

  sehingga film menjadi realistis dan pesan yang disampaikan dapat tersampaikan dan 

  dapat mempengaruhi perilku penonton. 

Metode            : Metode penelitian deskriptif kualitatif 

Analisis             : Analisis Semiotika Roland Barthes dan semiotika Ferdinand de Saussure 

Kesimpulan       

dari penelitian ini yaitu ditemukan nilai-nilai akhlak terpuji seperti, jujur, sabar, ikhlas, dermawan, kasih sayang, ramah, taat, tolong- menolong, optimis dan tanggung jawab. Nilai akhlaknya yang lainnya yaitu 

tercela, seperti serakah, malas, pesimis, putus asa, dusta, khianat, sombong, marah, tidak bertanggung jawab dan dengki. Persamaannya dari segi film animasi yang dijadikan penelitian yakni Upin dan Ipin, sedangkan perbedaannya dari skripsi ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pendekatan yang digunakan, yaitu analisis isi sedangkan milik peneliti yaitu analisis semiotika. 

 

http://etheses.iainmadura.ac.id/2873/

 

JURNAL 18

 

Judul                : Analisis Semiotik Film Ku Kira Kau Rumah (Semiotika Model Ferdinand De Saussure) 

Objek               : Film “KuKira Kau Rumah” 

Metode            : Metode penelitian kualitatif 

Analisis             : analisis semiotika Ferdinand De Saussure 

Kesimpulan       

film “Kukira Kau Rumah”, film ini bercerita tentang seorang gadis yang divonis mengidap penyakit bipolar. Karena sakitnya inila orangtuanya terutama papanya menjadi sangat over protective kepada anak wanitanya ini, hingga papanya sampai melarangnya untuk berkuliah 

Dalam film ini terdapat pesan moral yang sangat bermakna, yaitu berikanlah 

kebebasan untuk orang lain atau jangan terlalu mengekang orang lain. Hal tersebut karena jika sesuatu yang terlalu dikekang maka hasilnya tidak akan baik, bahkan bisa kehilangan segalanya. Pesan moral tersebut salah satunya ada di scene ke sembilan belas. Dalam scene tersebut Niskala mengungkapkan isi hatinya sambil berteriak dan menangis. Niskala merasa jika dirinya terlalu di kekang dan menganggap orang tuanya tidak bangga karena memilikinya. Hal itu dapat dilihat dari papa Niskala yang melarang Niskala untuk berkuliah. Sehingga Niskala harus berbohong demi bisa berkuliah. Niskala juga menjadi tidak mempunya teman selain Dinda dan Oktavianus. 

 

https://conference.untag-sby.ac.id/index.php/simakom/article/download/1931/994

 

JURNAL 19

Judul                : MEMBACA WAJAH IBU KANDUNG DAN IBU PERTIWI DALAM FILM TANAH AIR BETA: 

  SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK 

Objek               : Hal yang dirujuk oleh tanda (balon) disebut referen (objek-petanda). Ada dua jenis 

  referen. (1) referen konkret, seperti binatang (tikus, kucing, cecak). (2) referen abstrak 

  berupa konsep seperti ide cemerlang yang merujuk pada bola lampu yang menyala. 

Metode            : Metode penelitian Kualitatif 

Analisis             : Ferdinand de Sausure dan Charles Sanders Pierce. Ferdinand de Saussure

Kesimpulan       

Film Tanah Air Beta merupakan sebuah film layar lebar yang menceritakan tentang kondisi masyarakat pascareferendum tahun 1999, baik kondisi fisik maupun kondisi batin. Cerita tersebut sesungguhnya dijalin sangat apik antara tokoh-tokoh yang bediri ditepian antara rasa cinta negara kesatuan Republik Indonesia dan rasa cinta keluarga. Film ini membangun konflik batin bagimana Merry terjebak dalam kerinduan bertemu dengan ibunya yang masih berada di Timor. Sedangkan dia berada di wilayah Indonesia. Ide nasionalisme digambarkan melalui adegan dan simbol – simbol tertentu. 

Apa yang hendak dikonotasikan dalam TAB adalah bahwa peperangan selalu membawa penderitaan bagi masyarakat, terutama perempuan dan anak-anak yang justru tidak bersalah. Mitos muncul melalui pemaknaan atau penafsiran mendalam terhadap kode – kode sinematik (setting, gerakan kamera), tata bahasa film (jarak dan sudut pengambilan gambar), dan aspek tematis (dialog yang diucapkan antar tokoh). 

 

https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/optimisme/article/download/7999/4056

 

JURNAL 20 

Judul                : ANALISA SEMIOTIKA VISUAL FILM BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA 

Objek               : objek diskriminasi, perlakuan yang tidak baik, kekerasan fisik maupun mental di dalam 

  negaranya sendiri (PEW Research Center, 2011) 

Metode            : Metode penelitian kualititatif 

Analisis             : Ferdinand De Saussure 

Kesimpulan       

Representasi teroris pada film Bulan Terbelah di Langit Amerika ditunjukan dalam bentuk: (1) Teror, direpresentasikan berupa penekanan akan Super Ego pada karakter Hanum, Sarah, dan Azima, dimana pada film ini Pembentukan Reaksi yang dilakukan oleh Micheal Jones, Billy, serta lingkungan sekitar merupakan penggantian sikap dan tingkah laku dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan, Rizal Mantovani mencoba menggaambarkan mengenai bagaimana terror yang diciptakan oleh public menjadikan Agama Islam di Amerika mengalami perubahan makna yang digambarkan dengan karakter Micheal Jones, dan Billy Heartman, dimana kedua tokoh tersebut memiliki ego akan menghilangkan agama Islam di Amerika, karenanya segala tingkah dan laku pada karakter tersebut mencoba menghilangkan Super Ego yang dimiliki oleh Azima, Hanum, dan Sarah, yang dimana mereka ingin bangga menjadi seorang umat Islam , dan ingin menghilangkan fikiran orang lain mengenai Islam adalah agama yang menyebar kebencian.

 

http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/audience/article/viewFile/2681/1575

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure " Film Mencuri Raden Saleh "

Semiotika Kehidupan dengan waktu

Kajian Seni Rupa Dan Desain